Rabu, 04 April 2012

'Cermin' Dibalik Pencapresan Syatir

Islamedia - Keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Partai Huriyah wal Adalah (FJP) yang mencalonkan Khairat Syatir sebagai calon presiden Mesir masih terus melahirkan gema yang menjadi perbincangan dan pernyataan sikap.
Salah satu di antaranya adalah pernyataan pengunduran diri Abdullah Asy'al, pakar hukum internasional dan salah seorang tokoh politik Mesir, yang sebelumnya diberitakan berniat untuk mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada pemilihan presiden mendatang. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa dia mengurungkan pencalonannya sebagai capres untuk memberi peluang lebih besar kepada Khairat Syatir dalam pemilihan Presiden. Diapun mengapresiasi keputusan Ikhwanul Muslimin yang telah mengambil keputusan tersebut sebagia langkah jamaah yang tidak pernah henti untuk berkorban bagi bangsa Mesir. Beliau menegaskan bahwa kini dirinya berada dalam barisan Ikhwanul Muslimin dan tidak menunggu imbalan untuk itu. Melainkan untuk berbakti bagi negeri selama Ikhwan berjuang untuk negerinya. Tapi jika mereka menyimpang dari garis tersebut, beliau mengatakan tak ragu untuk berdiri sebagai penentangnya.
Di sisi lain, keputusan Jamaah tersebut diambil berdasarkan surara mayoritas seluruh anggota Majelis Syura, setelah tiga pekan mereka melakukan kajian mendalam untuk mewacanakan hal tersebut. Meskipun ada suara tidak setuju, namun setelah Majelis Syura jamaah telah menetapkannya berdasarkan hasil suara terbanyak, maka tidak ada pihak-pihak yang menentang.
Di antara pihak yang berterus terang memberikan suara tidak setuju dalam voting tersebut adalah DR. Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin sebelumnya. Tapi kemudian dia berkata, "Tidak ada lagi peluang memperdebatkan keputusan pencalonan Syatir, karena itu lahir dari suara mayoritas." Beliau juga menambahkan, "Bahkan sekalipun keputusan itu keliru, maka kekeliruan jamaah dalam naungan syura akan dibalas dengan satu pahala, dan jika keputusan itu benar akan dibalas dengan dua pahala."
Demikian pula halnya denga putera pendiri Ikhawanul Muslimin, Saiful Islam Hasan Al-Banna, beliau terus terang memberikan suara tidak setuju. Akan tetapi beliau mengatakan bahwa "Soliditas Ikhwan tidak akan terganggu, karena ini sudah menjadi keputasan jamaah."

Perkara lain lagi yang ditangkap dari pencapresan Khairat Syatir adalah fleksibelitas dalam mengambil keputusan sesuai dengan dinamika yang berkembang serta menampung aspirasi arus bawah. Sebagaimana diketahui, sebelumnya Ikhwanul Muslimin telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mencalonkan kadernya untuk pemilihan presiden Mesir. Namun arus bawah terus mendesak agar Ikhwanul Muslimin mencalonkan kadernya sebagai upaya membendung kembalinya figur-figur dari rezim lama kembali menguasai perpolitikan Mesir. Begitu pula perkembangan terakhir yang dikhawatirkan adanya pihak-pihak yang hendak mengalihkan tujuan revolusi dari jalur sebenarnya. Maka berdasarkan semua itu, Ikhwan merubah keputusannya dan menetapkan Syatir sebagai calon presiden dari jamaah dan partai.
Salah seorang tokoh di FJP, Muhamad Kamal, mengatakan, "Keputusan ini menunjukkan bahwa Ikhwanul Muslimin memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi dalam merespon setiap dinamika yang berkembang."
Di kalangan kader, keputusan ini mendapatkan respon yang sangat besar dan mereka bersiap mengerahkan segenap potensi untuk mengusung calon yang telah ditetapkan oleh jamaah. 
sumber: islamedia