Kamis, 23 Februari 2012

Parpol Tersandera Korupsi

Ada Dugaan Parpol Berlomba Cari Dana untuk Pemilu 2014
Senin, 16 Mei 2011 | 02:24 WIB
Jakarta, Kompas - Partai politik saat ini tersandera kasus-kasus korupsi anggotanya yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Praktik saling sandera itu merupakan gaya politik Orde Baru yang bertujuan mengganggu parpol pesaing, terutama dalam persiapan Pemilu 2014. Parpol pun disibukkan oleh penyelamatan citra, melupakan kepentingan rakyat.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Farid Wajdi mengatakan, fenomena itu menunjukkan parpol menjadi bagian dari masalah bangsa ini.
”Yang jelas, masalah bangsa ini semakin sempurna rusaknya tatkala bagian dari masalah itu adalah parpol. Bandul korupsi kini berpindah dari birokrasi ke parpol. Ini bagian dari tragedi bangsa tatkala masalah kebangsaan yang seharusnya diselesaikan melalui artikulasi parpol di DPR justru makin jauh dari harapan,” ujar Farid di Medan, Sabtu (14/5).
Menurut Farid, parpol telah melupakan rakyat sebagai majikan sekaligus konstituen mereka. Rakyat hanya dimanfaatkan untuk bargaining politik, untuk menentukan posisi tawar dalam kekuasaan. ”Negeri ini dibangun untuk menyejahterakan rakyat seperti tertuang dalam konstitusi kita, bukan untuk segelintir orang yang menggunakan parpol merusak sendi bangsa ini. Rakyat harus kritis menghukum parpol dengan tidak lagi memilih mereka dalam pemilu,” katanya.
Pakar hukum tata negara yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengatakan, makin banyaknya parpol yang anggotanya tersangkut korupsi menunjukkan bahwa Indonesia belum siap mempraktikkan demokrasi.
”Karena demokrasi harus berkembang seiring dengan tegaknya aturan. Sekarang hukum kita agak ketinggalan, jadi orang berdemokrasi dengan bebas, tetapi aturannya enggak jalan. Akibatnya, kreativitas muncul untuk kepentingan masing-masing. Jadi, demokrasi bukannya menimbulkan manfaat, tetapi mudarat, jadi kacau kita,” kata Jimly.
Pengumpulan dana
Menurut Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bidang Hukum dan HAM Trimedya Panjaitan, kondisi saling sandera itu mengulangi zaman Orde Baru. ”Dahulu Orde Baru sering melakukan kriminalisasi untuk menyingkirkan lawan politiknya. Sekarang, hal hampir sama terulang,” kata Trimedya, Minggu, di Jakarta.
Secara akal sehat, lanjut Trimedya, mereka yang berpotensi menyandera adalah yang memiliki kekuasaan. Pihak yang mudah disandera adalah yang tidak punya kekuasaan.
Bambang Soesatyo, Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, menambahkan, jika ada kader partai diduga terlibat dalam korupsi proyek di kementerian, hal itu terkait kondisi partai saat ini yang sedang berlomba mencari pendanaan untuk operasionalisasi partai dan Pemilu 2014. Apalagi, sebagian besar partai belum memiliki sumber dana internal yang mantap.
”Ada partai yang lalu mengharapkan pengumpulan dana ini dari kadernya. Kondisi diperparah ada politisi yang belum mapan secara ekonomi saat terjun ke politik, bahkan menjadikan politik sebagai area mencari keuntungan ekonomi,” katanya.
Tuntutan pengumpulan dana itu, lanjut Bambang, terutama dihadapi bendahara partai karena pengurus partai ada yang tidak mau tahu kondisi keuangan partai. Yang penting, setiap ada kegiatan partai, harus ada uang.
Untuk mengatasi keadaan itu, ada kader yang lalu jual nama parpol untuk mendapatkan dana, misalnya dari proyek di kementerian. Padahal, tidak ada jaminan semua dana yang diperoleh diserahkan ke partai. Menurut Bambang, sekarang semua dapat dijadikan persoalan dan parpol dalam posisi saling serang. Kondisi itu, kata Bambang, dirasakan Golkar dalam kasus mafia pajak yang diduga melibatkan perusahaan Grup Bakrie.
Menurut Ikrar Nusa Bhakti, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kondisi itu diduga karena hampir semua parpol berusaha menggunakan posisi kadernya di parlemen dan kabinet untuk meraup uang, berapa pun besarnya. Berbagai celah untuk mendapatkan uang pun dimanfaatkan.
Selama ini partai memperoleh sumber dana antara lain dari iuran anggota, pemotongan penghasilan anggota Dewan, bantuan pemerintah, dan sumbangan publik. Kemungkinan salah satu sumbernya adalah dari posisi kader yang menjabat di legislatif dan eksekutif. ”Partai butuh ongkos politik besar, entah untuk pendidikan kader, berbagai program, pemenangan kepala daerah lewat pilkada, atau pemenangan pemilu. Mungkin saja sebagian sumbernya dicari lewat jalan tidak halal,” katanya.
Koordinator Divisi Monitoring Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW) Firdaus Ilyas menilai politikus parpol memang masih rentan terlibat dalam penyimpangan dan korupsi. Masalahnya, sebagian politikus di legislatif atau eksekutif tidak memiliki integritas dan rekam jejak yang baik.
Belum maksimal
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera Mahfudz Shiddiq, Minggu, di Jakarta, mengakui parpol belum maksimal melaksanakan fungsinya. Tidak sedikit parpol yang terjebak masalah internal dan disibukkan oleh permasalahan yang dihadapi anggotanya.
Menurut Mahfudz, kasus-kasus yang menimpa anggota parpol terjadi lantaran parpol belum maksimal melakukan konsolidasi internal. Bahkan, sering kali relasi antara parpol dan para anggotanya hilang begitu saja setelah mereka terpilih menjadi anggota parlemen. ”Ini kelemahan partai, sistem kontrol terhadap anggota lemah. Kalau kontrol lemah, maka parpol akan disibukkan oleh masalah yang dilakukan anggotanya,” kata Mahfudz.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa menambahkan, permasalahan yang menimpa anggota parpol akan memengaruhi kinerja parpol. Minimal, kepercayaan publik terhadap parpol yang anggotanya bermasalah akan turun. Apalagi, lanjut Saan, saat ini harapan masyarakat terhadap kader parpol, terutama yang menjadi anggota parlemen, cukup tinggi.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kader benar-benar melaksanakan komitmen partai. ”Ini yang harus menjadi bahan parpol untuk otokritik ke depan. Bagaimana anggota mewujudkan komitmen parpol,” ujarnya.
Dikatakan Jimly, kondisi yang terjadi saat ini karena Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. ”Hukum harus ditegakkan, tetapi butuh satu kepemimpinan yang diharapkan menjadi contoh dari atas ke bawah. Kepemimpinan yang efektif menggerakkan roda organisasi. Dengan itu, baru hukum jalan. Kalau hukum jalan, otomatis kebebasan berdemokrasi diimbangi aturan,” katanya.
Menurut Jimly, parpol juga mengalami krisis kepemimpinan sehingga hanya satu orang, baik ketua umum maupun ketua dewan kehormatan partai, yang menjadi penentu. Demokrasi malah tidak berkembang di parpol. Dia mengusulkan agar parpol bisa dihukum langsung oleh rakyat. ”Yang namanya recall oleh parpol harus ditiadakan, diganti dengan recall oleh konstituen. Seperti sekarang ini anggota DPD bisa di-recall oleh daerah pemilihan provinsi masing-masing,” kata Jimly. (BIL/IAM/NTA/NWO)

sumber : kompas.com

Hubungan Batin Antara Murabbi dan Mutarabbi




Oleh: Musyafa Ahmad Rahim
Ketua Kaderisasi DPP PKS




Seorang murabbi yang sukses, ia akan mampu menciptakan hubungan yang sangat kuat dengan sang mutarabbi, bahkan sampai ke tingkat hubungan batin, yang:
- Tidak perlu lagi mempergunakan bahasa perintah atau larangan.
- Bahkan tidak perlu lagi mempergunakan bahasa isyarat dan bahasa tangan
- Bahkan berbagai urusan sering terjalin melalui mimpi.

Contoh Kasus (1):

Dalam sebuah halaqah, dan selagi sang murabbi asyik mengisi dan mengelola halaqah, ada seorang mutarabbinya yang sering berdiri dan meninggalkan tempat halaqah.
Adakalanya ia mengambil air untuk sang murabbi, terkadang air hangat, terkadang air dingin, terkadang teh manis, terkadang juice dan sebagainya.

Terkadang ia berdiri dan pergi untuk mengambil pulpen, atau spidol, atau penghapus dan sebagainya.

Terkadang ia maju ke depan untuk menghapus atau untuk urusan lainnya.
Semua ini dilakukan oleh sang mutarabbi persis seperti yang dikehendaki oleh murabbinya, tanpa kata, dan bahkan tanpa isyarat.

Contoh Kasus (2):

Sering sekali seorang mutarabbi bermimpi mendapati sang murabbinya sedang sakit, maka ia pun pergi ke sana.
Terkadang membawakan obat untuknya.
Terkadang ia membawakan makanan khas untuknya.
Terkadang sekedar untuk menjenguk saja.

Contoh Kasus (3):

Pernah seorang murabbi, karena profesinya sebagai seorang ahli tehnik sipil, bermimpi bertemu dengan seorang mursyid.

Dalam mimpinya dia dipesan untuk mendesign rumah khusus beliau, padahal sang mursyid telah memiliki rumah.

Sang mutarabbi mencoba menta'wilkan mimpinya, dan dugaannya bahwa sang mutarabbi diminta untuk mempersiapkan kuburan untuk sang mursyid.

Pagi harinya, sekretaris pribadi mursyid mendatangi sang mutarabbi dan menyampaikan salam dari mursyid agar sang mutarabbi memperbaiki lokasi kuburan para mursyid.

Sudah ada 4 kuburan murysid di lokasi sana. Maka sang mutarabbi pun segera memperbaiki kawasan kuburan para mursyid itu; memperbaiki jalanannya dan membersihkan lokasinya.

Selesai sang mutarabbi mengurus kuburan para mursyid itu, ia pun mendapatkan berita bahwa mursyid yang ditemuinya dalam mimpi meninggal dunia, menyusul 4 mursyid sebelumnya dan sang mursyid itu pun di kuburkan di lokasi yang baru-baru ini ia urus dan ia perbaiki.










sumber : pkspiyungan.org

Rabu, 22 Februari 2012

"Strategi PKS Kerja Keras bukan Pencitraan"



Headline
Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR Abdul Hakim - inilah.com
 INILAH.COM, Jakarta - Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR Abdul Hakim mengakui bahwa partainya belum memiliki strategi pencitraan. Sehingga jika pemilu dilaksanakan sekarang, suara PKS akan anjlok sebagaimana survei Lembaga Survei Indoensia (LSI).

Menurut dia, PKS selalu bekerja keras untuk tetap dekat dengan rakyat.
"Bisa saja ada strategi kehumasan atau strategi media yang barangkali perlu kami tingkatkan. Orang lain kan menggunakan strategi pencitraan, sementara kami lebih mengandalkan kerja riil di bawah," ujarnya kepada INILAH.COM di Gedung DPR, Selasa (21/2/2012).

Dia menuturkan, partainya sejak dulu tidak pernah berubah sebagai partai dakwah yang juga selalu melakukan aktivitas sosial dan pendidikan di masyarakat. "Kami bukan semata-mata partai politik. Tapi, partai dakwah yang berada di tengah masyarakat yang melakukan kegiatan sosial, pendidikan, dan pelayanan masyarakat adalah sesuatu yang berjalan," katanya.

Namun, karena kurangnya beriklan di media massa, partainya menjadi kurang populer. "Pengaruh media itu sangat luar biasa. Sementara ini PKS belum didukung pencitraan di media yang sangat massif. Beda, misalnya, dengan PAN dan Gerindra, berapa bujetnya coba? Kami sadari itu, kami punya keterbatasan anggaran," tambahnya lagi. [yeh]

sumber : inilah.com

PKS Tak Mau 'Sembarang' Rekrut Caleg 2014


Headline
Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI Abdul Hakim - IST

INILAH.COM, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan lebih selektif memilih calon legislatif agar perolehan suara di Pemilu 2014 tidak merosot seperti yang diprediksi dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).

"Memang ke depan partai perlu lebih tegas lagi melakukan disiplin terhadap para anggota dan kadernya. Hal-hal yang kemudian tidak ada pada garis kebijakan partai, harus lebih tegas pada kadernya," ujar Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI Abdul Hakim saat berbincang dengan INILAH.COM, Selasa (21/2/2012).

Terkait beberapa kasus korupsi yang melibatkan kader PKS, dan mencuatnya kasus DPR Arifinto yang tertangkap tangan membuka video porno saat sidang paripurna di DPR, Hakim mengakui akibat negatif bebrapa kasus itu.

"Harapan publik kepada PKS ini sangat luar biasa, jika ada hal negatif dalam PKS maka dampaknya akan lebih besar," katanya. Untuk itu, Hakim juga menegaskan partainya akan mengusulkan Pemilu dengan sistem tertutup, agar partainya lebih leluasa mengusulkan kader.

"Makanya sekarang kami mengusulkan Pemilu 2014 dengan sistem tertutup karena kami PKS ingin jelas maknanya yang menetapkan calon adalah partai berdasarkan kualifikasi kekaderannya. Berbeda dengan pola terbuka, siapa saja bisa jadi. Ini bahwa kami sebagai partai kader ingin menempatkan kader-kader terbaik kami di parlemen," tandasnya. [mah]

sumber : inilah.com

Wow...Aher Siap Berpasangan dengan Dede Yusuf

Wow...Aher Siap Berpasangan dengan Dede Yusuf
PKS Jabar pasti mengusung Ahmad Heryawan sebagai calon Gubernur Jabar pada Pemilu Kada 2013. Persoalannya, siapa yang bakal mendampinginya?

INILAH.COM, Depok – PKS Jabar pasti mengusung Ahmad Heryawan sebagai calon Gubernur Jabar pada Pemilu Kada 2013. Persoalannya, siapa yang bakal mendampinginya?
Aher, begitu dia kerap disapa, buka kartu di Depok. Dia menyatakan siap berduet dengan siapa saja untuk melanjutkan kembali pembangunan Tanah Pasundan. “Dengan siapa saja, saya siap dipasangkan. Saya terbuka saja,” tutur Aher.
Sebelumnya, Aher disebut-sebut bakal berpasangan dengan Dedi Supardi, jika Bupati Cirebon itu lolos sebagai wakil dari PDI Perjuangan. Tapi, Dedi bukan satu-satunya opsi bagi kader Partai Keadilan Sejahtera itu.
Dia membuka opsi bagi siapapun yang siap mendampinginya. Termasuk dengan Rieke Diah Pitaloka (PDIP) atau dengan Dede Yusuf (Partai Demokrat) yang kini jadi Wakil Gubernur Jabar. “Dengan siapa saja, tidak masalah. Dengan Rieke Oneng bisa, dengan Dede juga bisa,” tambahnya.
Posisi Heryawan sendiri cukup kuat. Dia memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Setidaknya begitu hasil survey yang dilakukan Lembaga Survei Jabar (LSJ). Survei yang dilakukan pada Januari 2012 itu menunjukkan, Pemilu Kada 2012 hanya akan jadi arena pertarungan dua incumbent, Heryawan dan Dede Yusuf. *

Kamis, 09 Februari 2012

Ketua PIP PKS Pakistan Tutup Usia di Kampung Halaman



 

Innalillaahi wainna ilaihi raaji’uun. Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP, sejenis cabang PKS di luar negeri) Pakistan Hifni Muzamminil Hasba (25 tahun) menghembuskan nafas terakhir di kampung halamannya di Metro, Lampung Sabtu (5/2/2012) pukul 02.30 dini hari lalu.

Almarhum yang mengalami sakit gagal ginjal sebelumnya kembali ke tanah air bulan November tahun lalu dengan maksud berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. “Jadi Adinda Hifni ini memang pulang karena mau berobat. Sejak berangkat sekolah ke Pakistan bulan Februari 2008 memang belum pernah pulang,” jelas Ketua DPD PKS Metro Yulianto yang mengaku sudah kenal almarhum sejak masih SMP.

Putra tertua Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Agus Salim Metro Qasthalani ini dirawat di RSCM selama kurang lebih sebulan, lalu ke RS Graha Husada Bandar Lampung dan dirawat di sini juga sekitar satu bulan. “Kemudian keluarga memutuskan untuk berobat jalan di Metro,” lanjut Yulianto.

Lajang yang memang lahir dan besar di lingkungan keluarga pendidik ini mendapatkan beasiswa Ilmu Syariah di International Islamic University Islamabad (IIUI) Pakistan pada tahun 2008. “Bulan Januari barusan ini seharusnya wisuda. Apa daya Allah berkehendak lain,” ujar Yulianto.

Hadir di rumah duka antara lain Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri (BHLN) DPP PKS Rahmad HP, dan Ketua Wilayah Dakwah DPP PKS untuk Afrika dan Timur Tengah Izzuddin, juga paman almarhum Prof. Bahri Ghozali, mantan Rektor STAIN Metro yang kini menjadi guru besar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dinding facebook almarhum berakun Hifni Muzammil yang juga aktif di Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) ini dipenuhi doa dan ucapan dukacita atas kepergian almarhum. Misalnya dari Hasan Juhanis El-Palopy berikut, “tiada rasa sedih dan beban yang terbayang saat engkau Hifni Muzammil bicara denganku via telpon.. namun yang terdengar olehku hanyalah semangat yang mengebu-gebu, aku pun berharap kita bisa belajar bareng segera…namun…, smoga kita dipertemukan kelak di sisi Robbullalamin… aku banyak belajar darimu sobat… rahimakalloh rohmatan wasi’ah.”

Atau dari El Fathan yang menuliskan, “teringat akan senyum, canda dan tawa-mu ust Hifni Muzammil, sehabis kita mendistribusikan 15.000 liter air mineral kepada para pengungsian di tahun 2010 dengan suhu mencapai 48 derajat. Allahu yarhamuka wa yaghfiruka ya zamili,…amin.” []

sumber : pkslampung.org

Mengenal Pakar Partai Keadilan Sejahtera dari Spanyol


TheGlobeJournal.com - Wajahnya seperti pria muda Spanyol lainnya dengan rambut pirang serta alis yang tebal dan sorot mata yang tajam. Selain itu juga menunjukkan kecerdasan serta perhatiannya terhadap Indonesia khususnya Islam membuat Dr Javier Gil Perez (33) pria langka yang perlu mendapat perhatian.

Ia adalah satu satunya "Indonesianist" (pakar tentang Indonesia) Spanyol yang sangat fasih berbahasa Indonesia dan berhasil memperoleh gelar Doktor dari Instituto Universitario General Gutierrez Mellado dengan tesis tentang Politik Islam di Indonesia yang khususnya membahas PKS pada tahun 2010.

"PKS merupakan partai yang sangat menarik yang tahu bagaimana membangun pengaruh politik di Indonesia," ujar Dr Javier Gil Perez.

Menurut Dr Javier Gil Perez, jika PKS ingin tumbuh maka harus dapat menawarkan solusi yang lebih banyak atas problem riil di masyarakat.

PKS yang merupakan partai menengah ini dulu tahun 1999 adalah partai kecil yang saat ini dapat disebut sebagai partai utama yang mengusung Islam di Indonesia.

"Saya memprediksi bahwa pemilu presiden di tahun 2014 akan sangat terbuka di mana Presiden SBY tidak dapat lagi dipilih," ujar Dr Javier yang beristrikan wanita India.

Dikatakannya tujuan utama PKS adalah mempertahankan posisi saat ini sebagai partai Islam utama dan masuk kembali dengan jumlah menteri yang lebih banyak di pemerintahan baru.

"Pada saat yang sama, jika PKS ingin tumbuh maka harus dapat menawarkan solusi yang lebih banyak atas problem riil di masyarakat," ujar Dr Javier Gil Perez.

Dikatakannya PKS harus melanjutkan peran Islam, namun harus tidak dapat dilupakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan dengan itu untuk meraih kemenangan haruslah terbuka.

Ditangan mereka sendiri PKS akan memordernisasikan diri.

Dr Javier Gil Perez yang cinta Indonesia dengan alasan bahwa Indonesia sangat cantik mengakui bahwa ia pertama kali mengenal Indonesia melalui ayah dan teman ayahnya.

"Ayah saya bekerja di pabrik sepatu yang megimpor sebagian besar karet dari Indonesia," ujarnya.

Muda, pintar dan Ketika ditanyakan mengapa memilih isteri dari India, dijawab dengan bergurau karena isteri saya juga cantik seperti Indonesia. Dari situ ia mulai tertarik dengan Indonesia yang disebutnya sebagai suatu negara yang eksotis.

Sementara itu, teman ayahnya yang tinggal di Tangerang, Indonesia, menceritakan berbagai hal menarik tentang Indonesia yang mendorongnya datang ke Indonesia pada tahun 2005.

"Saya tinggal di Jakarta dan di sana saya belajar bahasa Indonesia. Setelah itu saya menjadi 'visiting fellow' di CSIS di Jakarta," ujar Javier.



sumber : pk-sejahtera.org