Senin, 16 April 2012

Tafsir Surat Al-Buruuj (bagian ke-1)



بسم الله الرحمن الرحيم


وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ﴿١﴾وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ﴿٢﴾وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ﴿٣﴾قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ﴿٤﴾النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ﴿٥﴾إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ﴿٦﴾وَهُمْ عَلَى

مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ﴿٧﴾وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ﴿٨﴾الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ﴿٩﴾إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ﴿١٠﴾إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ﴿١١﴾إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ﴿١٢﴾إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ﴿١٣﴾وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ﴿١٤﴾ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ﴿١٥﴾فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ﴿١٦﴾هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ﴿١٧﴾فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ﴿١٨﴾بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ﴿١٩﴾وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ﴿٢٠﴾بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ﴿٢١﴾فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ﴿٢٢﴾

Artinya:
  1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
  2. Dan hari yang dijanjikan,
  3. Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
  4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,
  5. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
  6. Ketika mereka duduk di sekitarnya,
  7. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.
  8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
  9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.
  10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.
  11. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar.
  12. Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.
  13. Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).
  14. Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih,
  15. Yang mempunyai ‘Arsy, lagi Maha mulia,
  16. Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
  17. Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang,
  18. (yaitu kaum) Fir’aun dan (kaum) Tsamud?
  19. Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan,
  20. Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka.
  21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,
  22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Pendahuluan

dakwatuna.com - Surah yang pendek ini memaparkan beberapa hakikat aqidah dan kaidah-kaidah tashawwur imani‘ cara pandang yang berdasarkan iman’, dan beberapa persoalan besar. Di sekitarnya memancar cahaya-cahaya yang kuat dan jauh jangkauannya, yakni di belakang makna-makna dan hakikat-hakikat yang diungkapkan secara langsung oleh nash-nashnya. Sehingga, hampir setiap ayatnya, dan kadang-kadang setiap katanya, membuka lubang angin (jendela) terhadap suatu alam yang sangat luas jangkauannya mengenai suatu hakikat.

Topik masalah yang dibicarakan secara langsung oleh surah ini adalah peristiwa Ashhabul-Ukhdud. Topiknya adalah segolongan orang beriman tempo dulu sebelum datangnya agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw., golongan Nashara yang bertauhid sebagaimana tercantum dalam surah al­-Buruuj ayat 8, mendapat perlakuan sadis dari musuh­-musuh mereka, yaitu para penguasa diktator yang keras kepala dan sangat jahat.
Penguasa itu menghendaki agar mereka yang beriman meninggalkan aqidahnya dan murtad dari agamanya, tetapi mereka tidak mau dan tetap mem­pertahankan aqidahnya. Maka, sang penguasa lantas menggali parit di tanah dan menyalakan api di dalam­nya, kemudian dibenamkannya ke dalamnya kelompok yang beriman itu sehingga mereka mati ter­bakar. Hal itu dilakukan di hadapan masyarakat yang telah dikumpulkan oleh sang diktator supaya mereka dapat menyaksikan penderitaan golongan beriman yang disiksa dengan cara yang sangat kejam ini. Juga supaya para penguasa tiran ini dapat bermain-main dengan menyaksikan pembakaran itu, yakni mem­bakar anak-anak manusia yang beriman.

Surah ini dimulai dengan sumpah dari ayat 1-4. Maka, dirangkaikanlah di sini antara langit yang memiliki gugusan bintang-bintang yang besar, dan hari yang dijanjikan beserta peristiwa-peristiwanya yang besar. Juga pengumpulan manusia oleh pe­nguasa diktator untuk menyaksikan penyiksaan kaum yang beriman dan peristiwa-peristiwa yang disaksikan. Dirangkaikan semua ini dengan peris­tiwa itu, serta siksaan dari langit kepada pelaku-­pelaku kezhaliman tersebut.

Kemudian dibentangkanlah pemandangan yang menakutkan sepintas. Dibiarkannya perasaan manusia merasakan kejamnya peristiwa itu tanpa penjelasan rinci dan keterangan panjang lebar. Di­biarkan perasaan mereka sambil mengisyaratkan betapa agungnya aqidah yang dipertahankan oleh segolongan manusia beriman meski dengan risiko yang amat berat. Sehingga, mereka mempertahan­kannya meski harus melawan api yang bergejolak. Mereka lebih mementingkannya daripada kehidup­an duniawinya sendiri. Dengan demikian, mereka mencapai titik puncak kemuliaan di seluruh generasi manusia.

Diisyaratkan juga busuknya tindakan kaum yang zhalim itu dengan segala kezhaliman, kejahatan, dan kehinaan yang tersembunyi di dalamnya. Di sam­ping itu, ditunjukkan ketinggian, kemerdekaan, dan kesucian jiwa orang-orang yang beriman. Hal demi­kian sebagaimana tercantum pada ayat 6-8 surah al­-Buruuj.
Setelah itu, datanglah komentar-komentar singkat secara berturut-turut yang mengandung perkara-­perkara besar mengenai persoalan dakwah, aqidah, dan tashawwur imani yang mendasar. Komentar-­komentar yang mengisyaratkan kepada kekuasaan Allah di langit dan di bumi, kesaksian-Nya, dan kehadiran-Nya pada setiap peristiwa yang terjadi di langit dan di bumi. Hal ini tercantum pada surah al-­Buruuj ayat 9.
Isyarat yang menunjuk kepada azab jahanam dan azab pembakaran yang telah menantikan kedatang­an para penguasa zhalim, durhaka, dan bermoral rendah. Juga isyarat yang menunjuk kepada kenikmatan surga. Yakni, suatu keberuntungan besar yang telah menantikan kedatangan orang-orang mukmin yang lebih memilih aqidah daripada kehidupan duniawi­nya. Mereka menjunjung tinggi aqidah itu meskipun harus disiksa dengan dibakar di dalam api. Lihatlah mengenai hat ini pada surah al-Buruuj ayat 10-11.

Kemudian ditunjukkanlah pada ayat 12-13 bahwa azab Allah itu benar-benar keras. Dia Yang mencipta kan makhluk dari permulaan dan menghidupkannya kembali.
Ini adalah suatu hakikat yang berhubungan se­cara langsung dengan kehidupan yang hendak di­lenyapkan dalam peristiwa itu. Di batik peristiwa itu, terpancarlah cahaya-cahaya yang jauh jangkauannya.
Setelah itu disebutkan beberapa sifat Allah Ta’ala pada ayat 14, dan tiap-tiap sifat bermaksudkan suatu urusan

Pada ayat 15-16 disebutkan bahwa Allah Maha Pengampun terhadap orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa betapapun besar dan buruknya dosa itu. Maha Pengasih kepada hamba hamba-Nya yang lebih mengutamakan keridhaan-Nya daripada segala sesuatu. Penyebutan kasih sayang ini di sini merupakan salep untuk mengobati luka-luka itu.

Itulah beberapa isyarat global dari pancaran surah ini dan medannya yang lapang dan jauh. Demikianlah pengantar dari pemaparan pancaran-pancaran surah ini. Adapun pemaparannya secara rinci adalah se­bagai berikut.

Ini adalah sifat yang menggambarkan perlindung­an, kekuasaan, dan kehendak yang mutlak. Semua­nya mempunyai hubungan dengan peristiwa itu. Di samping itu, dipancarkan cahaya secara mutlak di balik itu dengan jangkauannya yang amat jauh. Kemudian pada ayat 17-18 diisyaratkan sepintas kilas terhadap masa-masa lampau, yaitu disiksanya para penguasa tiran, padahal mereka bersenjatakan lengkap.
Keduanya merupakan dua macam peninggalan sejarah yang berbeda karakter dan dampaknya. Di belakang itu, di samping peristiwa Ashhabul Ukhdud, terdapat pancaran pelajaran yang banyak.
Pada bagian akhir surah, ayat 19-20, ditetapkanlah keadaan orang-orang kafir dan peliputan Allah ter­hadap mereka sedangkan mereka tidak menyadarinya.

Ditetapkanlah hakikat Al-Qur’an, tentang keaslian dan keterpeliharaannya, seperti yang tercantum pada ayat 21-22.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa apa yang ditetap­kan Allah itu adalah perkataan yang pasti dan rujukan terakhir dalam semua urusan.

Sumber: dakwatuna.com