M. Qadari |
PKS Tapos, Jakarta - Belum terisinya posisi ketua umum Partai Demokrat pascaditinggalkan Anas
Urbaningrum, dinilai karena Demokrat tidak dapat mengelola konflik
internal dengan baik.
Akibatnya partai yang didirikan Presiden SBY itu terus diterpa isu-isu
politik yang merugikan. Peneliti dari Indo Barometer, M Qadari
menyarankan Demokrat mencontoh PKS yang telah menunjukkan kemampuan
mengelola konflik dengan baik.
Ia mencontohkan saat Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus impor daging sapi, dengan cepat partai melakukan transisi
kepemimpinan dengan menunjuk Anis Matta sebagai Presiden PKS yang baru.
Dengan demikian, gonjang-ganjing politik yang menerpa partai segera
mereda.
Buktinya PKS memenangi Pemilukada Jawa Barat 2013. "Saya kira Demokrat
harus cepat menemukan pilot baru. Adanya ketua umum definitif itu sebuah
keniscayaan," ujar dia dalam sebuah diskusi bertema 'Panas Efek Anas'
di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/3).
Menurut Qadari, ketum Demokrat yang baru harus berasal dari kader yang
memiliki dukungan di tingkat bawah. Karena, orang seperti itulah, yang
menurut dia, memiliki suara potensial.
"SBY harus liat siapa orang yang punya dukungan nyata di daerah. Karena
mereka berpotensi untuk maju. Tapi jangan memilih yang sudah di atas,"
ujar Qadari menyarankan.