Sabtu, 02 Maret 2013

Jangan Sampai PKS Menang di Sumut

 13621031541268145146
 
Oleh : Dedi Setiawan | Kompasiana
 
Pasca ditetapkannya LHI sebagai tersangka, banyak pihak memprediksi itulah awal keruntuhan PKS. Bayangkan, partai yang anggotanya tidak pernah tersangkut kasus korupsi, ternyata ketuanya “ditembak” sebagai tersangka. Bahkan, LHI langsung ditahan KPK. Jadi terkesan LHI itu koruptor kelas kakap dan berbahaya, kan?
Itulah yang menimbulkan kehebohan. Semua stasiun TV beramai-ramai meliput kasus itu siang dan malam. Di media sosial (social media), kader PKS juga di-bully. Semua media, cetak maupun elektronik, juga beramai-ramai menjadikan bencana PKS sebagai berkah berita. Bad news is good news, betul?
Tapi, prediksi bahwa PKS akan hancur ternyata salah. PKS bermain cerdik dan cepat. Dalam waktu 2×24 jam, LHI langsung diganti dengan Anis Matta. Pidato perdana Anis sebagai ketua diliput oleh semua media, bahkan ada yang menyiarkannya secara langsung. Ternyata pidato tersebut menumbuhkan kepercayaan diri kader-kader PKS di seluruh Indonesia.
Meski media mainstream tidak mengungkap gejala itu, media sosial menunjukkannya. Terlihat jelas usaha kader-kader PKS memenangkan isu dan perdebatan di dunia maya. Saya yakin awalnya mereka tidak terorganisir. Tapi karena jumlah mereka banyak, melek informasi, dan gadgeter, jadilah mereka leading di Twitter dan Facebook.
PKS dan Pilgub Jabar
 
LHI digadang-gadang di pilgub Jawa Barat (Jabar). Tujuannya jelas, supaya calon yang diusung PKS kalah telak. Dalam hal ini, lawan-lawan PKS sangat terbantu dengan Majalah Tempo yang semangat mengangkat kasus PKS. Siapa yang meragukan kredibilitas media sebesar Tempo?
13621033521017601910
Aher-Demiz, jagoan PKS di Jabar
Diserang melalui media mainstream, kader PKS melawan melalui media sosial. Kader PKS jadi sangat aktif di Twitter dan Facebook. Tidak sekadar mempertahankan diri, ternyata kader PKS menyerang balik. Kader dan simpatisan PKS yang bergiat di dunia jurnalisme, mengungkap bahwa Tempo menggunakan sumber yang tidak kredibel dalam memberitakan kasus LHI. Keragu-raguan terhadap kredibilitas Tempo mulai merebak.
Serangan terhadap PKS terus dilakukan. Kali ini sasarannya Kang Aher, petahana yang kembali diusung PKS di pilkada Jabar. Aher disangka telah ikut campur dalam urusan dapur Bank Jabar Banten (Bank BJB). Lagi-lagi, isu ini di-blow-up oleh Tempo. Dan lagi-lagi, kader dan simpatisan PKS melawan di media sosial. Dan lagi-lagi (lagi?) keraguan terhadap Tempo makin meluas.
Sebenarnya masih banyak serangan lainnya, seperti fitnah poligami terhadap Aher, dan lain sebagainya. Sengaja tidak saya bahas panjang-lebar, karena saya anggap itu isu yang tidak berhasil. Lagi pula, terlalu mudah untuk dibantah.
Pilgub Jabar pun berlangsung. Versi quic count semua lembaga survey sepakat memenangkan Aher. Pengumuman resminya tentu masih harus menunggu versi KPU.
PKS dan Pilgub Sumut
 
Orasi Anis Matta, isu di media sosial yang bisa dikendalikan, dan kemenangan Aher di Jabar (versi quick count), jelas merupakan rentetan peristiwa yang memperkuat PKS. Kepercayaan diri kader PKS meningkat, soliditas mereka makin kuat, dan kepatuhan terhadap pemimpin makin menebal. Ini seperti panas seharian yang dihapus oleh hujan sejam.
Setelah pilgub Jabar, akan berlangsung pilgub Sumatera Utara (Sumut). PKS lagi-lagi menurunkan salah satu kader terbaiknya, Gatot Pujo Nugroho, untuk memenangkan pilgub Sumut. Simpati masyarakat tinggi dan peluang menangnya besar. Setidaknya itulah yang terbaca melalui survey berbagai lembaga.
Kalau PKS bisa menang di Sumut, tentu ini tanda bahaya bagi lawan-lawan PKS. Kepercayaan diri kader PKS makin meningkat. Mental pemenang akan tersemat kuat di dada mereka. Dan tentu, cap sebagai “partai pemenang di daerah strategis” akan diraih PKS.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Di akhir tulisan ini saya ingin berpesan. Supaya adil, pesan ini saya tujukan kepada lawan-lawan PKS dan kader-kader PKS. Untuk lawan-lawan PKS, kalau tidak mau melihat kemenangan PKS, maka berusalah untuk mengalahkan PKS. Untuk kelompok-kelompok yang merasa terancam dengan kehadiran PKS, berusahalah untuk melumpuhkan PKS. Caranya adalah dengan… Oh, iya, hampir lupa, saya bukan konsultan politik, jadi tidak perlu repot-repot memikirkan cara mengalahkan PKS di Sumut. Intinya, jangan sampai PKS menang di Sumut.
Untuk kader-kader PKS, kalau tidak mau melihat partai Anda berpeluang menjadi tiga besar di 2014, kalau tidak mau memperkuat kesan sebagai partai pemenang, dan kalau tidak mau memaksimalkan peluang kebaikan, maka berusahalah agar jangan sampai PKS menang di Sumut. Segeralah berpuas diri dengan kemenangan di Jabar. Dan merasa cukuplah dengan membangun opini di sosial media, tanpa perlu turun ke masyarakat.
Namanya juga pesan, bisa dilakukan, bisa tidak. Pada akhirnya, semuanya diserahkan pada pembaca. Selamat menentukan sikap.