
SUKABUMI - Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan (Aher) meminta para bupati/walikota agar kreatif
mencari solusi atas masalah sosial mendesak, khususnya seputar bidang
pendidikan dan kesehatan.
Salah satu potensi yang dapat
dimanfaatkan yakni dana CSR (//Corporate Social Responsibility//)
perusahaan swasta nasional yang beroperasi di daerah masing-masing.
Gubernur Ahmad Heryawan menegaskan hal
itu saat bersama Bupati Sukabumi Sukmawijaya mengunjungi SD Negeri 2
Cikawung, Desa Babakan Panjang, Kabupaten Sukabumi, Senin (31/3).
"Banyak perusahaan besar di Jabar. Saya
minta bupati/walikota untuk //ngeprak-ngeprak// perusahaan agar bantu
kepentingan Jabar, khususnya masalah pendidikan dan kesehatan," papar
Ahmad Heryawan.
Gubernur mengutarakan latarbelakang
permintaannya kepada kepala daerah tersebut, yakni karena upaya
mengatasi masalah mendesak melalui mekanisme anggaran, kerap terkendala
proses administratif.
Kondisi dimaksud terjadi di SD Negeri 2
Cikawung, antara lain. SD yang terletak di pelosok Sukabumi ini ambruk
pada 2009 akibat gempa. Namun, pemerintah provinsi baru membangun dua
lokal ruang kelas pengganti.
Kekurangan ruang kelas memaksa puluhan murid menjalani proses belajar mengajar di bawah tenda, beberapa tahun.
Memperoleh informasi dari media massa,
Gubernur Ahmad Heryawan mengecek langsung kondisinya. Sebelumnya, Bupati
Sukabumi ditelepon, dan diperoleh penjelasan bahwa satu ruang kelas
baru akan dibangun oleh pemerintah kabupaten.
"Tapi kan pengerjaannya harus melalui
tender, sesuai peraturan yang berlaku. Ini butuh waktu, sementara murid
membutuhkan kelas baru sekarang," tutur Ahmad Heryawan.
Ditambahkan, atas kondisi tersebut
pemerintah provinsi mengupayakan dana CSR.
"Alhamdulillah, kita dapat
dari Bank BJB untuk tiga ruang kelas. Proses pengerjaannya mulai minggu
depan," ujar Ahmad Heryawan.
Kepala SD Negeri 2 Cikawung Ruhiyat
Setiawan menyambut gembira langkah taktis Gubernur. Solusi cepat ini,
katanya, juga disambut para orangtua murid.
"Kita semua bersyukur karena masalah
lama kami segera teratasi. Sudah terlalu lama anak didik belajar
darurat. Padahal, kami dituntut menjaga kualitas," ujar Kepala Sekolah
yang membina 250 lebih murid.