Jumat, 25 April 2014

Saat Sepatu Lokal Depok Masuk Istana

bagian bawah  

Depok –  Ada yang menarik dalam acara penyerahan Penghargaan Samkaryanugraha Parasamya Purnakarya Nugraha yang dilaksanakan di Istana Negara Jakarta, Jumat (25/4/2014). Di antara para tamu negara yang hadir dengan menggunakan sepatu mahal nan mengkilap, tampak Wali Kota Depok, Nuh Mahmudi Isma’il hadir dengan menggunakan sepatu hitam sederhana yang tidak ‘kinclong’ seperti para pejabat pada umumnya. Meskipun begitu, pemimpin Kota Belimbing ini tetap tampil gaya dan tampak bangga dengan sepatu yang dikenakannya dalam acara prestisius tersebut.

“Sepatu ini asli buatan warga Depok, diproduksinya juga di Kota Depok,” tutur Nur Mahmudi sambil memperlihatkan sepatu bermerk New Hunteria yang sedang dipakainya. 

“Sepatu ini awet. Meskipun buatan lokal, tapi modelnya trendy, enak dipakai, dan tidak cepat rusak. Sepatu ini sudah menemani saya berkeliling ke daerah-daerah di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.” Lanjutnya bangga.

Nur Mahmudi memang dikenal sebagai Kepala Daerah yang gemar menggunakan produk dalam negeri. Dalam kesehariannya, Nur sangat akrab dengan berbagai makanan dan barang lokal asli buatan Indonesia. Hal ini selain didasarkan pada rasa cintanya kepada produk lokal, juga karena dia konsisten dalam melaksanakan Kepres 13/2012 tentang Hari Konsumen Nasional yang menekankan pentingnya untuk menggunakan produk-produk lokal. Karena itu, sejak 2008, Nur sudah setia menggunakan sepatu New Hunteria.

Sepatu New Hunteria ini merupakan salah satu produk lokal yang dihasilkan oleh usaha kecil menengah (UKM) yang berlokasi di Jalan Siliwangi, Kota Depok. Produksi sepatu kulit ini didirikan pada 1987, karena terinspirasi oleh berkembangnya usaha kerajinan sepatu kulit Cibaduyut. Meskipun namanya terkesan kebarat-baratan, namun New Hunteria ini ternyata memiliki makna yang sangat lokal karena diambil dari singkatan nama depan keluarga pendirinya.

Kini, sepatu lokal yang biasa dijual di pinggir Jalan Kota Depok ini, telah berhasil mengukir sejarahnya saat Nur Mahmdi memakainya untuk menerima Penghargaan Samkarya Parasamya Purnakarya Nugraha di istana Negara. Penghargaan ini diberikan kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dengan prestasi kerja yang tinggi.