Oleh : Ust. Farid Numan
Jokowi adalah muslim,
terlepas dari kadar keislaman dan pemahamannya terhadap Islam, dia punya
kelebihan. Kelebihannya sudah sering diumbar oleh para pendukungnya di
berbagai media. Semoga Allah Ta’ala memberikannya balasan yang setimpal.
Prabowo
juga seorang muslim, terlepas dari kadar keislaman dan pemahamannya
terhadap Islam, dia juga punya kelebihan. Kelebihannya pun juga sering
diberitakan para pendukungnya di berbagi media. Semoga Allah Ta’ala
memberikannya balasan yang setimpal.
Janganlah
kelebihan kedua orang ini membuat masing-masing pendukung buta mata,
mati akal, dan kerasnya hati, sampai membela keduanya secara membabi
buta dan serampangan, hingga mendudukannya sekelas nabi.
Jokowi
adalah seorang manusia, maka dia punya banyak kekurangan dan kesalahan.
Sebagaimana kekurangannya itu disebarkan oleh lawan-lawannya juga
melalui berbagai media. Semoga Allah Ta’ala mengampuninya atas
kekurangan dan kesalahannya itu, dan mau menerima taubatnya jika dia
bertaubat, karena ampunan-Nya begitu luas.
Prabowo
juga seorang manusia, maka dia punya banyak kekurangan dan kesalahan.
Sebagaimana kekurangannya itu juga disebarkan oleh lawan-lawannya
melalui berbagai media. Semoga Allah Ta’ala mengampuninya juga, dan mau
menerima taubatnya jika dia bertaubat, karena ampunan-Nya begitu luas.
Janganlah
kekurangan dan kesalahan kedua orang ini membuat lahirnya mata
kebencian dari pendukung masing-masing, lalu olok-olok, caci maki,
serapah, dan fitnah, sampai mereka menjadikan lawannya sekelas setan.
Pujilah yang perlu dipuji, dan kultus bukanlah pujian…
Kritiklah yang perlu dikritik, dan fitnah bukanlah kritikan…
Pilihlah
salah satu di antara mereka berdua, bukan karena benci dan cinta buta
kepada pribadi, tapi karena ingin membangun negeri Indonesia, bumi
Allah, bumi kaum muslimin…
Kita harus memilih
salah satunya, karena tidak mungkin memilih keduanya sekaligus, tidak
mungkin pula membiarkan keduanya sekaligus…
Ketika kita memilih A, bukan karena membenci dan memusuhi B, bukan pula karena B tidak cakap dan tidak mampu….
Ketika
kita tidak memilih B, bukan karena A lebih jago, cakap dan mampu
dibanding B. Karena selama keduanya masih “Capres” maka keduanya
sama-sama belum teruji kemampuannya sebagai Presiden. Namanya juga
calon, belum ngapa-ngapain, baru rencana dan impian.
Ketahuilah,
cinta secara ekstrem itu buruk, dan benci secara ekstrem juga zhalim.
Posisikanlah kedua Capres ini sebagai manusia biasa. Bukan malaikat,
nabi, apalagi Rabb semesta alam. Tapi jangan pula posisikan mereka
seperti setan yang jahat.
Bagi seorang muslim,
al- Quran dan as- Sunnah adalah panduan, kapan pun dan di mana pun, dan
dalam hal apa pun. Keduanya adalah pegangan hidup yang telah bergaransi
anti sesat dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Pilihlah
Capres yang lebih kecil keburukannya, ketika kita tahu semuanya
memiliki keburukan. Sesuai kaidah irtikab akhafu dhararain (menjalankan
kerusakan yang lebih ringan di antara dua kerusakan).
Pilihlah
Capres yang lebih berpihak dan mengajak kepada shirathal mustaqim,
Islam, dan al-Quran, yang semakin membuat kita dekat dengan Allah
Ta’ala, bukan justru semakin jauh dari Allah Ta’ala dan agama, hura-hura
dan maksiat, ketika kita mengetahui bahwa kedua Capres ini pasti
memiliki goal setting dalam hidup mereka. Sesuai firman-Nya, “Inna
Haadzal Quran Yahdi Lillati Hiya Aqwam,” (Sesungguhnya al-Quran
memberikan petunjuk ke jalan yang lebih lurus).
Pilihlah
Capres yang lebih dicintai ulama dan dekat dengannya, mereka pun juga
mencintai ulama dan menjadikan ulama sebagai tempat bertanya. Bukan
hanya ketika kampanye saja, bukan pula sowan kepada musuh-musuh agama,
ketika kita tahu bahwa ulama lebih paham tentang standar baik dan buruk,
benar dan salah, dibanding orang kebanyakan. Sesuai firman-Nya,
“Fas’aluu Ahlaz Zikri Inkuntum Laa Ta’amun,” (Bertanyalah kepada ulama
jika kalian tidak mengetahui). Juga sabda nabi, “Al-mar’u ‘Alad Diini
Khaliilih,” (Keadaan agama seseorang tergantung siapa kekasihnya).
Pilihlah
Capres yang di sekelilingnya berkumpul ahlul khair (pelaku kebaikan),
bukan ahlul ma’shiyah (pelaku maksiat), ahlut thaa’ah (taat) bukan ahlul
hawa (penyembah hawa nafsu). Sesuai sabda nabi, “Al Arwaahu Junuudun
Mujannadah,” (Sesungguhnya jiwa-jiwa itu akan berkomunitas dengan orang
yang setipe dengannya).
Pilihlah Ccapres yang
track record-nya jujur bukan pendusta. Karena nabi bersabda, “‘Alaikum
Bish Shidqi Inna Shidqa Yahdi Ilal Birr Wal Birru Yahdi Ilal Jannah,”
(Hendaknya kamu jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan membawa kepada surga).
Pilihlah Capres
yang track record-nya bukan pendusta, karena berdusta adalah penyakit
jiwa yang sulit sembuhnya. Ketika sudah terbiasa berdusta, maka
korbannya bukan lagi satu manusia tapi satu negeri. Karena nabi
bersabda, “Wa Iyyakum Wal Kadzib, Innal Kadziba Yahdi Ilal Fujuur Wal
Fujuur Yahdi Ilan Naar,” (Takutlah kamu terhadap dusta, karena dusta
membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka).
Pilihlah
Capres yang mampu menjaga amanah bukan mengkhianatinya. Karena Allah
Ta’ala berfirman, “Yaa Ayyuhalladzina Amanuu Awfuu Bil ‘Uquud,” (Wahai
orang-orang beriman penuhilah janji-janji kalian). Firman-Nya juga, “Laa
Takhuunullah wa Rasuul wa Takhuunuu Amanaatikum wa Antum Ta’lamun,”
(Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan mengkhianati amanah
yang ada pada kalian dan kalian sendiri tahu hal itu).
Pilihlah
Capres yang mampu bekerja secara genuine bukan dibesar-besarkan, dan
puja puji oleh media semata, sebab kita memilih Presiden bukan aktor
sandiwara.
Pilihlah capres yang kuat dan
pemberani, itu modal untuk keselamatan negaramu dari serangan asing, dan
modal perlindungan untuk rakyatnya.
Selamat memilih!! Semoga Allah Ta’ala memberkahi.