PKS Tapos, BANDUNG –-- Sudah sejak lama orang Sunda memegang motto 'mangga ti payun'. Nah, motto tersebut menurut Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan sudah ketinggalan. “Sekarang sudah saatnya istilah ‘mangga ti payun’ harus diubah menjadi ‘punten kapayunan’. Sudah saatnya orang Sunda sebagai suku terbanyak kedua di Indonesia, tampil ke depan. Kalau kita masih memegang ungkapkan ‘mangga ti payun’, artinya orang Sunda akan sulit tampil menjadi tokoh dalam segala bidang di kancah Nasional” ujar Heryawan saat memberikan tausyiah singkat di hadapan para praktisi adat Sunda di Gedung Pakuan Jl Oto Iskandardinata Bandung, Ahad sore (22/7).
Kegiatan itu sekaligus silaturahmi dan buka puasa bersama Gubernur dan para praktisi budaya Sunda itu. Sedikitnya lebih dari 200 orang hadir sebagai perwakilan dari berbagai perguruan silat, para kuncen, seniman, budayawan dari 4 Kabupaten Kota yaitu Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang. “Sekarang sudah saatnya istilah ‘mangga ti payun’ harus diubah menjadi ‘punten kapayunan’. Sudah saatnya orang Sunda sebagai suku terbanyak kedua di Indonesia, tampil ke depan. Kalau kita masih memegang ungkapkan ‘mangga ti payun’, artinya orang Sunda akan sulit tampil menjadi tokoh dalam segala bidang di kancah Nasional” ujar Heryawan.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Jabar yang mengenakan pakaian hitam-hitam dengan ikat kepala batik itu juga menyampaikan beberapa keberhasilan program pembangunan di Jawa Barat, diantaranya ruang kelas baru, infrastruktur jalan, dan penambahan dana bantuan untuk Pedesaan. “Bila nanti mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat Jawa Barat, Insya Allah akan saya lanjutkan atau rek diteruskeun program-program yang memang dibutuhkan oleh masyarakat” ujarnya
Dari awal sampai akhir, Gubernur menggunakan bahasa Sunda dalam pertemuan itu. Usai buka bersama dengan duduk bersila di karpet yang diharmparkan di halaman Gedung Pakuan, Gubernur melanjutkan dengan shalat Magrib berjamaah di tempat yang sama.
*republika.co.id