| Oleh: Lilasari Melati
*foto: Charles K. Palullungan Sekr DPC PKS Kec. Palolo Kab. Sigi, Sulawesi Tengah
Masih jelas terngiang dalam ingatanku, meski hampir seminggu berlalu.
Pria paruh baya itu menggunakan batik merah, duduk santun diantara
kerumunan kader dan simpatisan PKS yang berkumpul malam itu
(Selasa,19/2) di aula Bapelkes. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat
bahkan mungkin kehadirannya tidak akan aku sadari jika saja ketua DPW
PKS Sulawesi Tengah, Ust. Zainuddin Tambuala tidak mempersilahkannya
berdiri.
“Saya atas nama DPC PKS kecamatan Palolo. Saya selaku sekretaris DPC PKS
kecamatan Palolo. Nama saya Charles K. Palullungan," katanya
memperkenalkan diri sambil mengambil jeda berbicara. Sontak aku
terperangah. Mungkin hanya aku seorang. Selanjutnya ia menyambung lagi.
“Saya seorang nasrani.”kali ini akhir kalimatnya diikuti riuh
tepuktangan dan bias senyum tak percaya. Sementara yang lain, memandang
terpana. Mengikutiku barangkali yang tanpa sadar hanya menggengam erat
kamera tanpa membidikannya, seperti biasanya.
Wajarlah, mereka mungkin baru menyadari kehadiran seorang nasrani di
tengah temu kader tersebut. Bahkan beliau bukan seorang simpatisan, tapi
pengurus DPC PKS. Catat! Dia seorang kader. Sebagian kader pasti
terperangah karena hal ini.
Namun, tidak bagiku. Sejak awal bertemu beliau dalam sebuah kegiatan
jaring aspirasi yang dilakukan aleg DPR RI, Ust Akbar Zulfakar akhir
tahun lalu, aku sudah mengetahui agama yang dianutnya. Akupun sudah
mengetahui bahwa beliau juga kader PKS. Hanya saja, yang lebih membuatku
terperangah adalah keistiqomahannya dalam barisan dakwah yang disebut
PKS ini.
Aku tidak habis pikir, bukankah belum sampai sebulan gembar-bembor
berita kasus dugaan suap impor sapi terhadap Ust, Lutfi Hasan Ishaq
ketika gelaran acara itu dibuat? Apakah beliau tidak melihat seliweran
berita yang membanjiri media cetak maupun eletronik bahkan media online
hampir seminggu dengan headline negatif yang cenderung provokatif bahkan
fitnah? Bukankah bisa saja keyakinannya akan goyah pada PKS?
“Ah menurut saya Lutfi Hasan Ishaq itu hanya korban permainan politik,”
sanggahnya mantap ketika aku akhirnya berkesempatan berbicara secara
langsung dengannya.
Selanjutnya, ia menceritakan awal mula keterlibatannya di PKS.
Menurutnya, sebelum melamar sebagai kader PKS, ia sudah pernah ke
partai-partai lainnya. Namun, tidak ada yang mau menerima. Hingga
meskipun awalnya ragu, ia memberanikan diri untuk masuk sebagai kader
PKS.
“Waktu itu saya bertemu dengan Zainuddian Tambuala. Katanya, kita
(PKS-red) tidak melihat agamanya tapi manusianya.Inilah alasan sehingga
saya masuk, dan juga merupakan alasan paling kuat. Saya merasa partai
ini tidak membeda-bedakan agama,” tegasnya.
Ketertarikannya pada PKS makin kuat seiring aktifnya partai ini menuju
ke pelosok desanya untuk melakukan kegiatan amal. Bahkan, ia sangat
terkagum-kagum ketika Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri datang
langsung ke desa Rahmat kecamatan Palolo untuk memberikan bantuan
sebesar 73 juta rupiah. Padahal mayoritas penduduk di desa ini beragama
nasrani.
“Saya juga tambah yakin dengan PKS waktu anggota DPR RI, Akbar Zulfakar
Sipanawa turun langsung ke kecamatan Palolo. Bayangkan, dari 5 orang
anggota DPR RI dari Sulawesi Tengah, hanya pak akbar yang turun langsung
ke pelosok. Yang lainnya hanya saya tahu lewat foto,” ujarnya
berapi-api.
Charles menambahkan bahwa ia akan tetap di PKS meskipun banyak berita
miring tentang partai ini. Baginya, PKS mampu melakukan kerja nyata
tanpa iming-iming janji palsu.
Sepanjang penuturan laki-laki kelahiran Gunna Malenong 42 tahun silam
ini, aku hanya bisa membisu dengan dada bergemuruh. Meski awalnya
keheranan dengan kedatangannya di acara temu kader yang menunjukkan
kesetiannya pada partai ini, aku akhirnya memahami bahwa sungguh janji
Allah itu pasti, inna ma’al usri yusro. Selalu dan selalu kemudahan
pasti membersamai kesulitan seberat apapun topaan badai yang menerpa. []
*foto: Charles K. Palullungan Sekr DPC PKS Kec. Palolo Kab. Sigi, Sulawesi Tengah
Sumber: pkspiyungan.org