Rabu, 27 Februari 2013

Charles K. Palullungan, Nasrani Pengurus PKS Palolo Yang Tak Goyah Fitnah

| Oleh: Lilasari Melati

Masih jelas terngiang dalam ingatanku, meski hampir seminggu berlalu. Pria paruh baya itu menggunakan batik merah, duduk santun diantara kerumunan kader dan simpatisan PKS yang berkumpul malam itu (Selasa,19/2) di aula Bapelkes. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat bahkan mungkin kehadirannya tidak akan aku sadari jika saja ketua DPW PKS Sulawesi Tengah, Ust. Zainuddin Tambuala tidak mempersilahkannya berdiri.

“Saya atas nama DPC PKS kecamatan Palolo. Saya selaku sekretaris DPC PKS kecamatan Palolo. Nama saya Charles K. Palullungan," katanya memperkenalkan diri sambil mengambil jeda berbicara. Sontak aku terperangah. Mungkin hanya aku seorang. Selanjutnya ia menyambung lagi.

“Saya seorang nasrani.”kali ini akhir kalimatnya diikuti riuh tepuktangan dan bias senyum tak percaya. Sementara yang lain, memandang terpana. Mengikutiku barangkali yang tanpa sadar hanya menggengam erat kamera tanpa membidikannya, seperti biasanya.

Wajarlah, mereka mungkin baru menyadari kehadiran seorang nasrani di tengah temu kader tersebut. Bahkan beliau bukan seorang simpatisan, tapi pengurus DPC PKS. Catat! Dia seorang kader. Sebagian kader pasti terperangah karena hal ini.

Namun, tidak bagiku. Sejak awal bertemu beliau dalam sebuah kegiatan jaring aspirasi yang dilakukan aleg DPR RI, Ust Akbar Zulfakar akhir tahun lalu, aku sudah mengetahui agama yang dianutnya. Akupun sudah mengetahui bahwa beliau juga kader PKS. Hanya saja, yang lebih membuatku terperangah adalah keistiqomahannya dalam barisan dakwah yang disebut PKS ini.

Aku tidak habis pikir, bukankah belum sampai sebulan gembar-bembor berita kasus dugaan suap impor sapi terhadap Ust, Lutfi Hasan Ishaq ketika gelaran acara itu dibuat? Apakah beliau tidak melihat seliweran berita yang membanjiri media cetak maupun eletronik bahkan media online hampir seminggu dengan headline negatif yang cenderung provokatif bahkan fitnah? Bukankah bisa saja keyakinannya akan goyah pada PKS?

“Ah menurut saya Lutfi Hasan Ishaq itu hanya korban permainan politik,” sanggahnya mantap ketika aku akhirnya berkesempatan berbicara secara langsung dengannya.

Selanjutnya, ia menceritakan awal mula keterlibatannya di PKS. Menurutnya, sebelum melamar sebagai kader PKS, ia sudah pernah ke partai-partai lainnya. Namun, tidak ada yang mau menerima. Hingga meskipun awalnya ragu, ia memberanikan diri untuk masuk sebagai kader PKS.

“Waktu itu saya bertemu dengan Zainuddian Tambuala. Katanya, kita (PKS-red) tidak melihat agamanya tapi manusianya.Inilah alasan sehingga saya masuk, dan juga merupakan alasan paling kuat. Saya merasa partai ini tidak membeda-bedakan agama,” tegasnya.

Ketertarikannya pada PKS makin kuat seiring aktifnya partai ini menuju ke pelosok desanya untuk melakukan kegiatan amal. Bahkan, ia sangat terkagum-kagum ketika Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri datang langsung ke desa Rahmat kecamatan Palolo untuk memberikan bantuan sebesar 73 juta rupiah. Padahal mayoritas penduduk di desa ini beragama nasrani.

“Saya juga tambah yakin dengan PKS waktu anggota DPR RI, Akbar Zulfakar Sipanawa turun langsung ke kecamatan Palolo. Bayangkan, dari 5 orang anggota DPR RI dari Sulawesi Tengah, hanya pak akbar yang turun langsung ke pelosok. Yang lainnya hanya saya tahu lewat foto,” ujarnya berapi-api.

Charles menambahkan bahwa ia akan tetap di PKS meskipun banyak berita miring tentang partai ini. Baginya, PKS mampu melakukan kerja nyata tanpa iming-iming janji palsu.

Sepanjang penuturan laki-laki kelahiran Gunna Malenong 42 tahun silam ini, aku hanya bisa membisu dengan dada bergemuruh. Meski awalnya keheranan dengan kedatangannya di acara temu kader yang menunjukkan kesetiannya pada partai ini, aku akhirnya memahami bahwa sungguh janji Allah itu pasti, inna ma’al usri yusro. Selalu dan selalu kemudahan pasti membersamai kesulitan seberat apapun topaan badai yang menerpa. []

*foto: Charles K. Palullungan Sekr DPC PKS Kec. Palolo Kab. Sigi, Sulawesi Tengah
Sumber: pkspiyungan.org