Rabu, 03 Juli 2013

Mahasiswa Jawa Barat Sampaikan Aspirasi Tolak Kompensasi BLSM

 
BANDUNG - Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Teritori Jabar, menyampaikan aspirasi yaitu menolak kompensasi BLSM. Aspirasi tersebut, disampaikan mahasiswa pada audiensi dengan perwakilan Komisi-Komisi di DPRD Jabar, Senin Sore (1/7) di ruang Komisi B DPRD Jabar.
 
Perwakilan mahasiswa dalam audiensi tersebut, selain menyampaikan beberapa aspirasi. Pertama, menolak program kompensasi BLSM dan kembalikan anggaran untuk program kompensasi BLSM pada anggaran subsidi BBM.
 
Kedua, kendalikan tariff transporasi, distribusi dan harga jual barang yang membengkak naik akibat kenaikan harga BBM. Ketiga, melakukan efisiensi pos anggaran birokrasi untuk menutupo anggaran belanja.
 
Keempat, optimalisasi target penerimaan pajak untuk menutupi anggaran belanja dan pengeluaran dalam APBN, sehingga tidak perlu untuk mengurangi subsidi BBM. Kelima, optimalisasi infrastruktur konversi BBM dan industry substitusi/komplementer BBM.
 
Keenam, benahi dan tingkatkan sarana transportasi public untuk mengurangi konsumsi BBM serta ketujuh, nasionalisasi asset Negara oleh BUMN Pertamina.
 
Mahasiswa, atas penolakan kebijakan pemerintah tersebut memaparkan beberapa  pertimbangan. Menurut, mahasiswa Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil BBM terbesar di dunia. Namun, faktanya Indonesia sampai saat ini belum memiliki ketahanan energy.
 
 Kondisi ini disebabkan, political wiil dari pemerintah untuk upaya preventif ketahanan energy tidak dilakukan secara optimal. Hal tersebut, dibuktikan dengan kondisi : langkah nasionalisasi asset tidak maksimal, sebagai bukti Pertamina hanya memiliki 20% dari total saham migas di Indonesia.
 
Bukti berikutnya, produksi BBM dalam negeri hanya menembus angka 840.000 barel/hari dari total kebutuhan dalam negeri yang menembus angka 1.600.000 barel/hari serta infrastruktur konversi energy non migas masih belum siap dan penyiapan transporasi public yang layak belum mengalami peningkatan secara signifikan/Akibat kenaikan BBM,pada 22 Juni 2013, menimbulkan beberapa efek antara lain : tariff transporasi naik 10% sampai 15% sehingga menaikkan kisaran harga barang 10% sampai 30% sehingga omset pedagang dan daya beli masyarakat menurun.
 
Sementara itu, BLSM sebagai solusi atas dampak negative kenaikan BBM,  dengan besaran BLSM sebesar Rp.150.000 per Kepala Keluarga  sehingga jumlah BLSM tidak berimbang dengan akibat kenaikan BBM yang dihadapi masyarakat.
 
Potensi penyimpangan BLSM dalam alur distribusi cukup tinggi karena banyak orang miskin baru yang belum terdata secara resmi sementara pemberian BLSM menggunakan data lama.