Ketua DPC PKS Tewas Tertembak di Ambon
26 April 2004
TEMPO Interaktif, Jogjakarta:Ketua DPC Partai Keadilan Sejahtera Kecamatan Nusaniwe, Abdullah Daeng Matta, tewas tertembak oleh penembak gelap dalam kerusuhan di Ambon, Senin (26/4) pukul 10.00 waktu setempat. Belum diketahui secara persis mengapa Ketua DPC PKS Kecamatan Nusaniwe itu tertembak.
Informasi tewasnya Ketua DPC PKS Kecamatan Nusaniwe, Ambon ini disampaikan
Presiden PKS, Dr Hidayat Nur Wahid, kepada wartawan di Yogya, Senin (26/4)
siang. "Kita belum tahu dimana ia tertembak, apakah di rumah atau dimana.
Kita sedang mengumpulkan informasi selengkapnya," kata Hidayat Nur Wahid.
Hidayat sangat menyesalkan mengapa kerusuhan di Ambon kembali terjadi.
Hidayat menegaskan, penyesalan ini bukan karena ada kader PKS yang telah
menjadi korban. "Kami sangat menyesalkan mengapa pembunuhan terhadap warga
sipil terulang lagi di Ambon," ujarnya.
Sejak awal, lanjut Hidayat Nur Wahid, pihaknya sudah mengingatkan kepada
aparat keamanan bahwa Rakyat Maluku Selatan (RMS) akan menyelenggarakan aktivitas peringatan kemerdekaannya. Namun, sangat disesalkan aparat keamanan tidak
mengantisipasi untuk mencegah RMS melakukan kegiatan illegalnya di Negara
Kesatuan RI.
"Mengapa ketika rakyat Ambon yg menentang perilaku RMS yang jelas-jelas
separatis, tidak mendapat perlindungan hukum yang cukup, dan justru menjadi
korban perilaku RMS yang sangat tidak konstitusional dan jelas-jelas
melanggar kedaulatan RI," ujarnya.
Karena itu, PKS melalui presidennya, menuntut agar hukum ditegakkan
seadil-adilnya dan sekeras-kerasnya. Siapapun yang menyebabkan terjadinya
aktivitas RMS mengibarkan bendera dan kemudian melakukan peringatan dan
bahkan bisa berpawai, hendaknya bisa diberlakukan hukum atas orang semacam
ini. Siapapun yang menembaki warga sipil dan menghilangkan nyawa mereka
dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh hukum, hendaknya dihukum
sekeras-kerasnya agar menimbulkan efek jera dan agar tidak ada lagi upaya
separatisme di Indonesia. “Sebab kita semua menolak separatisme dalam bentuk
apapun," tandasnya.
Ditanya kemungkinan kerusuhan Ambon kali ini melibatkan negara asing atau
berkait dengan proses pemilihan presiden, Hidayat Nur Wahid menolak memberi
analisis. "Terlalu dini membuat analisa. Kami lembaga politik yang tidak
bisa berspekulasi. Kami bukan pengamat. Kami akan mengumpulkan info
sebanyak-banyaknya dan nanti akan kami sampaikan ke media. Mudah-mudahan
hari Rabu nanti sudah bisa memberi penjelasan yang lebih luas," katanya.
Hidayat Nur Wahid justru mempertanyakan, bagaimana mungkin RMS diperbolehkan
berpawai memperingati kemerdekaannya di negara Indonesia yang berdaulat.
"Bagaimana mungkin masyarakat sipil yang menghalau RMS atau mempertahankan
kedaulatan Indonesia justru menjadi kroban. Kami belum mendapatkan perilaku
pengamanan yang cukup untuk memberikan payung keamanan bagi warga Indonesia
dalam konteks ini. Mengapa belum ada penindakan terhadap mereka yang
melakukan penembakan," ujarnya.
Kepada warga PKS di Ambon, Hidayat Nur Wahid mengingatkan agar tidak
terprovokasi untuk terlibat dalam kegiatan yang akan membawa kepada keadaan
yang rumit. Warga PKS di Ambon, lanjutnya, harus mendukung
integritas dan kedaulatan negara Indonesia.
Hidayat Nur Wahid menyatakan mendukung sikap penolakan
terhadap RMS, karena itu sikap dasar kita. Ia meminta jangan terprovoksi.
Berkoordinasilah secara baik dengan sesama warga Ambon, apapun latar
belakang politiknya, apapun latar belakang ormasnya dan apapun latar
belakang agamanya, selama mereka bertujuan satu yakni cinta Negara Kesatuan
RI. “Jangan kerja sendiri-sendiri, sebab bisa jadi Anda malah akan menjadi
sasaran tembak," pesan Hidayat Nur Wahid.
Menjawab pertanyaan wartawan apakah PKS akan menuntut aparat keamanan di
sana sehubungan dengan terbunuhnya Ketua DPC PKS Nusaniwe, Hidayat
menyatakan. Masih akan dikaji dulu siapa pelakunya. "Tentu kita tidak bisa
serta-merta menyalahkan siapa secara personal atau institusional. Kami akan
mengumpulkan informasi lebih detil dan akurat dulu," ujarnya.
*tempo 26/4/2004
26 April 2004
TEMPO Interaktif, Jogjakarta:Ketua DPC Partai Keadilan Sejahtera Kecamatan Nusaniwe, Abdullah Daeng Matta, tewas tertembak oleh penembak gelap dalam kerusuhan di Ambon, Senin (26/4) pukul 10.00 waktu setempat. Belum diketahui secara persis mengapa Ketua DPC PKS Kecamatan Nusaniwe itu tertembak.
Informasi tewasnya Ketua DPC PKS Kecamatan Nusaniwe, Ambon ini disampaikan
Presiden PKS, Dr Hidayat Nur Wahid, kepada wartawan di Yogya, Senin (26/4)
siang. "Kita belum tahu dimana ia tertembak, apakah di rumah atau dimana.
Kita sedang mengumpulkan informasi selengkapnya," kata Hidayat Nur Wahid.
Hidayat sangat menyesalkan mengapa kerusuhan di Ambon kembali terjadi.
Hidayat menegaskan, penyesalan ini bukan karena ada kader PKS yang telah
menjadi korban. "Kami sangat menyesalkan mengapa pembunuhan terhadap warga
sipil terulang lagi di Ambon," ujarnya.
Sejak awal, lanjut Hidayat Nur Wahid, pihaknya sudah mengingatkan kepada
aparat keamanan bahwa Rakyat Maluku Selatan (RMS) akan menyelenggarakan aktivitas peringatan kemerdekaannya. Namun, sangat disesalkan aparat keamanan tidak
mengantisipasi untuk mencegah RMS melakukan kegiatan illegalnya di Negara
Kesatuan RI.
"Mengapa ketika rakyat Ambon yg menentang perilaku RMS yang jelas-jelas
separatis, tidak mendapat perlindungan hukum yang cukup, dan justru menjadi
korban perilaku RMS yang sangat tidak konstitusional dan jelas-jelas
melanggar kedaulatan RI," ujarnya.
Karena itu, PKS melalui presidennya, menuntut agar hukum ditegakkan
seadil-adilnya dan sekeras-kerasnya. Siapapun yang menyebabkan terjadinya
aktivitas RMS mengibarkan bendera dan kemudian melakukan peringatan dan
bahkan bisa berpawai, hendaknya bisa diberlakukan hukum atas orang semacam
ini. Siapapun yang menembaki warga sipil dan menghilangkan nyawa mereka
dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh hukum, hendaknya dihukum
sekeras-kerasnya agar menimbulkan efek jera dan agar tidak ada lagi upaya
separatisme di Indonesia. “Sebab kita semua menolak separatisme dalam bentuk
apapun," tandasnya.
Ditanya kemungkinan kerusuhan Ambon kali ini melibatkan negara asing atau
berkait dengan proses pemilihan presiden, Hidayat Nur Wahid menolak memberi
analisis. "Terlalu dini membuat analisa. Kami lembaga politik yang tidak
bisa berspekulasi. Kami bukan pengamat. Kami akan mengumpulkan info
sebanyak-banyaknya dan nanti akan kami sampaikan ke media. Mudah-mudahan
hari Rabu nanti sudah bisa memberi penjelasan yang lebih luas," katanya.
Hidayat Nur Wahid justru mempertanyakan, bagaimana mungkin RMS diperbolehkan
berpawai memperingati kemerdekaannya di negara Indonesia yang berdaulat.
"Bagaimana mungkin masyarakat sipil yang menghalau RMS atau mempertahankan
kedaulatan Indonesia justru menjadi kroban. Kami belum mendapatkan perilaku
pengamanan yang cukup untuk memberikan payung keamanan bagi warga Indonesia
dalam konteks ini. Mengapa belum ada penindakan terhadap mereka yang
melakukan penembakan," ujarnya.
Kepada warga PKS di Ambon, Hidayat Nur Wahid mengingatkan agar tidak
terprovokasi untuk terlibat dalam kegiatan yang akan membawa kepada keadaan
yang rumit. Warga PKS di Ambon, lanjutnya, harus mendukung
integritas dan kedaulatan negara Indonesia.
Hidayat Nur Wahid menyatakan mendukung sikap penolakan
terhadap RMS, karena itu sikap dasar kita. Ia meminta jangan terprovoksi.
Berkoordinasilah secara baik dengan sesama warga Ambon, apapun latar
belakang politiknya, apapun latar belakang ormasnya dan apapun latar
belakang agamanya, selama mereka bertujuan satu yakni cinta Negara Kesatuan
RI. “Jangan kerja sendiri-sendiri, sebab bisa jadi Anda malah akan menjadi
sasaran tembak," pesan Hidayat Nur Wahid.
Menjawab pertanyaan wartawan apakah PKS akan menuntut aparat keamanan di
sana sehubungan dengan terbunuhnya Ketua DPC PKS Nusaniwe, Hidayat
menyatakan. Masih akan dikaji dulu siapa pelakunya. "Tentu kita tidak bisa
serta-merta menyalahkan siapa secara personal atau institusional. Kami akan
mengumpulkan informasi lebih detil dan akurat dulu," ujarnya.
*tempo 26/4/2004