Sabtu, 07 April 2012

Karakter Kader Dakwah: Bergerak dan Menggerakkan

 


Saudaraku….
Untaian kesyukuran dan segenap pujian hanyalah milik Allah semata, yang senantiasa menyatukan hati-hati kita dalam cinta dan taat kepada-Nya, menghimpun kita dalam barisan dakwah serta menggelorakan dalam jiwa  kita semangat menegakkan syariat-Nya, sebuah kenikmatan yang akan menyampaikan kita kepada derajat tertinggi, rahmat-Nya yang sejati dan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Saudaraku…
Kesadaran inilah yang akan mengokohkan komitmen kita, membangun jiwa kompetisi kita serta memacu semangat kita untuk senantiasa bergerak dan menggerakkan, sebab kita menyakini dakwah ini sebagai sebuah karunia dan anugerah, nikmat dan rahmat, bukan beban yang memberatkan atau ikatan yang mengekang, na’udzubillah jika kita merasakannya sebagai aktifitas yang membosankan dan pekerjaan yang menjemukan yang akhirnya membuat kita statusquo dalam kelemahan, kemalasan, kefuturan, tidak produktif dan akhirnya berguguran di medan perjuangan ini.

Saudaraku…

Lembaran sejarah dakwah ini tidak akan dapat ditulis kecuali dengan tetesan darah
Bangunan keluhuran ini tidak akan dapat ditegakkan kecuali diatas tulang belulang 
Kemuliaan dan ketinggian dakwah ini tidak mungkin ditinggikan kecuali diatas jasad-jasad  para syuhada.

Demikianlah pejuang dakwah Abdullah Azzam menegaskan, tidak sekedar retorika kata yang ia sampaikan, atau kamuflase yang hanya sekedar tipuan dan impian, namun ia buktikan dalam realita kenyataan, sejarah dakwahpun telah mencatat dalam tinta kenangan ia syahid di medan perjuangan untuk menjadi obor penerang bagi setiap penerus estafet perjuangan ini .

Saudaraku…
Dakwah ini menuntut kita bergerak tanpa henti, maju melaju pantang mundur, dinamis dan tidak statis, sebab berhenti berarti mati, mundur berarti hancur dan statis berarti mandul. Bahasa inilah yang dipahami oleh para pejuang dakwah ini, lihatlah Rasulullah SAW. penghulu dakwah ini menggariskan: “ Kalau matahari ditaruh ditangan kananku, rembulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti menyampaikan dakwah ini, hingga Allah memenangkanku atau aku binasa karenanya”.

Sahabat Abdullah bin Rawahah pernah berkata: “ Sungguh sekiranya aku melihat syaitan dirumahku lebih aku sukai dibanding aku melihat bantal dan kasur ditempat tidurku”. Karenanya sahabat Umar ra. menggolongkan mereka yang lebih memilih berpangku tangan daripada berjuang, lebih memilih sebagai penonton daripada pemain, adalah golongan yang tertipu dan terpedaya, “ Arrahatu Lirrijaali Ghaflatun” (rehat bagi lelaki sejati adalah keterpedayaan).

Dengarkanlah untaian syair Imam Syafi’i:

Sungguh aku melihat berhentinya air adalah kerusakan,
Ia akan baik jika mengalir dan ia akan rusak jika berhenti.
Karena keluar saranglah singa dikenal buas,
Dan karena melesat dari tempatnya, busur-busur menancap.
Matahari jika berhenti selamanya di ufuk langit,
Niscaya bosanlah seluruh manusia di negeri ‘ajam maupun arab.

Saudaraku…
Sahabat Zaid bin Haritsah pernah meminta izin kepada Rasulullah SAW. untuk tidak turut serta dalam medan jihad, cukuplah baginya shalat, puasa, berzakat dan haji, namun serta merta Rasul menukas : “ Lalu dengan modal apakah engkau masuk surga?”.

Dengarkanlah pesan Imam Asy syahid Hasan Al Banna tentang sosok sang mujahid :

Mujahid adalah yang tidak tidur sekelopak matanya
Mujahid adalah yang tidak tertawa selebar bibirnya
Mujahid adalah yang tidak makan seluas mulutnya 
Mujahid adalah yang tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. 

Saudaraku….
Dengarkanlah pesan Allah SWT, semoga Allah meneguhkan pergerakanmu:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari demi mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampui batas” (18:28)

Ya, perhiasan dunia sanggup mematahkan langkah pergerakan, memalingkan arah perjalanan dan menjerumuskan manusia dalam jurang kebinasaan kaum bani Israel ketika berkata: “ Berjuanglah engkau dan Tuhanmu, kami disini duduk-duduk saja”. Dan jangan pula orang-orang yang lalai bergerak untuk berjuang - karena terpedaya  hawa nafsu - menghambat bergerak menuju ridha-Nya, melemahkan produktifitas amal dan mengurangi keikhlasan dalam berjuang.

Ingatlah selalu pesan Rasulullah SAW : “Man Abthaa ‘Amaluhu Lam Yusri’ Nasabuhu” (Barang siapa yang lamban amalnya, maka  tidak akan dipercepat kedudukannya).

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. ( QS.Ali Imran: 200)