Buang Jauh-Jauh Al Ma’tsurat!
Benarkah Al Ma’tsurat tidak boleh dibaca dan tidak layak diamalkan? Kami mendengar disebuah stasiun radio –yakni Roja- seorang ustadz mengatakan demikian. Jika memang ada yang dhaif bisakah disebutkan contohnya? (dari beberapa ikhwah di berbagai forum dan pertemuan)
Jawaban:
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa
‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Man waalah wa ba’d:
Al Ma’tsurat adalah kitab kecil berupa kumpulan doa yang disusun oleh Al Imam Hasan Al Banna Rahimahullah yang berisi doa-doa yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah. Boleh dikatakan, dalam era penerbitan modern, dibanding kitab sejenisnya, Al Ma’tsurat
adalah kitab yang paling luas penyebarannya di dunia Islam dan
paling banyak jumlah eksemplarnya dengan naik cetak berkali-kali.
Kitab ini, sebagaimana kitab-kitab lain secara umum, tentu tidaklah
sempurna. Telah banyak pihak yang memberikan penjelasan, penelitian
terhadap haditsnya, bahkan juga kritikan, hingga tahap celaan
terhadapnya hingga ada yang mengatakan: tidak boleh dibaca, karena
terdapat hadits yang dhaif dan palsu. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah
milik Allah Ta’ala, oleh karena itu mengharapkan selain diriNya adalah
sempurna merupakan tindakan yang keliru dan menyalahi kodrat dan tabiat
kehidupan.
Jauh sebelum Al Ma’tsurat, sudah ada kitab-kitab sejenis yang di susun para ulama; seperti Al Adzkar karya Imam An Nawawi dan Kalimatuth Thayyibah karya Imam Ibnu Taimiyah. Kedua kitab inilah yang menjadi rujukan utama Al Ustadz Hasan Al Banna dalam menyusun Al Ma’tsurat sebagaimana dikatakan oleh Al ‘Allamah Asy Syaikh Yusuf Al Qaradhawi Hafizhahullah Ta’ala. Oleh karenanya, menjadi aneh ketika Al Ma’tsurat
dicela karena adanya riwayat yang dhaif, namun sumber pengambilannya
tidak dicela. Kami pun tidak ingin ada manusia yang lancang mencela Al Adzkar dan Kalimatuth Thayyibah,
itu bukan keinginan kita bersama, ini hanya untuk menunjukkan bahwa
kedengkianlah yang membuat mereka bersikap tidak adil terhadap Al Ustadz
Hasan Al Banna dan Al Ma’tsurat. Jika mereka mau adil, sadar,
jujur, mereka pun tidak akan temukan kitab-kitab kumpulan doa yang
disusun ulama masa lalu yang tanpa hadits-hadits dhaif (bahkan kitab tafsir, nasihat, fiqih dan kumpulan hadits pun memuat riwayat yang dhaif).
Kritik dan nasihat tetaplah ada, tetapi demi ilmu, bukan untuk
menjatuhkan kehormatan penulisnya dan memancing manusia untuk
membencinya, serta membuang jauh karya-karyanya. Amat berbeda dengan
pihak yang selalu mengkritik Al Ustadz Hasan Al Banna, dan apa-apa yang
berasal darinya dan tentang dirinya. Allahul Musta’an!
Lebih lengkap penjelasannya bisa diklik di sini